Perut saya maupun Anas sudah keroncongan lagi. Setelah menaruh belanjaan
dan rehat sejenak di kamar hostel, kami pun melanjutkan jalan untuk mencari
makan malam. Waktu telah menunjukan pukul 10 malam. Toko-toko makanan di
sekitar Bugis rata-rata sudah tutup semua. Kami pun menemukan sebuah restoran
India yang masih buka. Ternyata restoran tersebut menjual nasi briyani, salah
satu makanan dalam list kuliner saya.
Saya sudah tahu sebelumnya jika porsi nasi briyani sangatlah banyak
sehingga saya memutuskan untuk memesan satu porsi saja, dibagi dua dengan Anas.
Benar saja, nasinya seperti sebakul, lalu ditambah ayam segede gaban, terus
ditimpa nasi secentong lagi dan dituangkan sesendok sayur kuah kari. Oh, my
God!
![]() |
Nasi briyani dan teh tarik |
Sebenarnya saya tidak terlalu lapar tetapi saya harus makan agar tidak
masuk angin. Lain halnya dengan Anas, dia tidak menyukai nasi briyani ini
karena katanya ada rasa cengkehnya. Memang loh, nasi briyani ini ada cengkeh di
dalamnya. Sebenarnya saya suka tapi tidak dalam waktu yang benar-benar
kelaparan. Akhirnya kami sama-sama menyerah dan tidak sanggup untuk
menghabiskan nasi briyani tersebut. Mohon maaf banget sama mas-mas India yang
jualan.
Sehabis makan malam, kami kembali ke hostel untuk mandi, lalu bersiap
tidur. Hari pertama saja sudah membuat kaki cenat-cenut dan badan rontok. Tapi
kami tetap antusias menyambut dua hari ke depan. Saya dan Anas sama-sama
memasang alarm agar besok tidak kesiangan karena jadwal padat dan kami harus
sudah mulai jalan dari pagi.
No comments:
Post a Comment