Sesampainya di Farrer Park, suasana langit sudah mulai redup, seperti
mendekati maghrib tetapi jam telah menunjukan pukul setengah tujuh lewat.
Tujuan kami ke Mustafa adalah untuk membeli oleh-oleh cokelat. Katanya
cokelatnya murah dan halal. Setelah mengitari Mustafa, kami tidak menemukan
apa-apa. Kemana perginya cokelat-cokelat itu?
Sampai pada akhirnya, kami agak menyerah untuk mencari dan memutuskan
untuk kembali saja ke hostel. Mengingat jam telah menunjukan pukul setengah
sembilan malam. Tapi sebelum beranjak, mata saya tertuju pada sebuah toko yang
sepertinya belum kami kunjungi. Tidak ada cokelat di sana tapi saya malah
membeli sepatu. Akhirnya saya memberanikan bertanya kepada kasir toko tersebut
mengenai tempat yang berjualan cokelat. Untung kasirnya baik. Ia pun
memberitahu dimana tempatnya. Ternyata toko yang jualan cokelat letaknya
berseberangan dengan toko tempatku membeli sepatu. Kami langsung cus setelah
membayar. Benar saja, di toko yang disebutkan mbak-mbak kasir itu terhampar
luas cokelat-cokelat berbagai macam. Saya maupun Anas mulai kalap berkeliling.
Seperti biasa, sebungkus cokelat yang harganya di bawah $10 lebih menarik
perhatian.
Kami mulai kelelahan setelah berburu cokelat. Akhirnya, kami memutuskan
untuk kembali ke hostel. Langit sudah mulai gelap, badan sudah mulai kehabisan
tenaga, dan otak pun sudah susah berpikir. Pusinglah kami mencari jalan pulang.
Peta yang selalu dibawa rasanya seperti selembar kertas kosong karena otak saya
sudah susah untuk mencerna. Kami menyeberang jalan, terus membaca peta dan
ternyata salah menyeberang jalan, sehingga harus balik lagi. Sampai pada
akhirnya, GPS otak saya mulai berfungsi kembali.
Jarak dari Mustafa ke hostel tidak terlalu jauh sehingga kami memutuskan
untuk jalan kaki saja karena bakal lebih ribet jika naik MRT—kami tidak berani
naik bus karena tidak tahu haltenya. Sepanjang perjalanan menuju hostel, saya
dan Anas sudah lelah dan mengantuk. Untung saja, kami hanya perlu jalan lurus
sampai pada akhirnya mata kami menemukan plang bertuliskan Victoria Street. Itu
berarti, kami harus belok kanan untuk mencapai Jalan Kubor. Dan akhirnya, kami
pun tiba di ABC Hostel dengan keadaan tak jelas junjungannya.
![]() |
Nemu juga |
No comments:
Post a Comment