Pesawat kami pun landing tepat jam 12 siang waktu Singapore (perbedaan
waktu di Singapore maju satu jam dari Jakarta). Deg-degan pun menghampiri kami
kembali. Itu berarti kami akan melewati tahap mendebarkan lagi, yakni imigrasi.
Setibanya di Changi International Airport, kami dihadapi oleh petugas imigrasi
Singapore yang mayoritas seperti orang India—berkulit hitam, besar-besar, dan
di tengah dahinya ada titik merahnya. Deg-degan? Sangat pakai banget. Mana
petugas imigrasi yang bertugas mengecek saya adalah pemula sehingga kadang
salah dan diberitahu mentornya, jadi agak lama deh.
Setelah pengecekan selesai, kami harus pergi ke terminal 2 untuk
menggapai MRT. Di luar ketakutan saya, ternyata petunjuk di Changi benar-benar
jelas dan terhampar dimana pun sehingga kami tidak perlu takut nyasar. Kami pun
dengan mudah menggapai skytrain, transportasi yang menghubungkan antar terminal
di Changi yang setipe dengan MRT (FYI, gratis).
Tidak berhenti di situ saja, the real petugas imigrasi sudah menunggu
kembali untuk mencap paspor kami. Saya takut sekali jika ditanya yang
macam-macam. Yang lebih takut sih saya nggak ngerti apa yang dia bicarakan.
Tapi untungnya, tidak ditanya macam-macam. Cuma ‘Mau ngapain ke Singapore?’,
‘Sama siapa?’, ‘Berapa hari?’, ‘Oh gitu?’, dan dicap deh paspor saya. Rasanya
lega bukan main. Serasa lulus UAN. Hehe.
Berikutnya, saya dan Anas menunju Changi MRT Station yang letaknya
memang masih satu kawasan dengan bandara Changi. Sebelumnya, kami sepakat untuk
membeli STP (Singapore Tourist Pass), kartu tap MRT yang memang dipergunakan
untuk para turis yang mengunjungi Singapore kurang dari seminggu. Dengan
bermodalkan $30 (dikarenakan kami mengambil paket 3 hari; $20 harga tiket
untuk 3 hari dan $10 sebagai security deposit, total $30), kami dapat
berkeliling Singapore dengan MRT sampai mabok—maksudnya sampai puas.
![]() |
Singapore Tourist Pass (STP) |
Dari Changi Station, kami naik MRT sampai ke Tanah Merah Station untuk
transit menuju stasiun tujuan utama kami, yakni Bugis Station, tempat dimana
penginapan kami berada. Sesampainya di Bugis Station, hal yang pertama kali dilakukan
adalah membaca peta stasiun. Hal ini benar-benar sangat dianjurkan bagi para
pemula mengingat stasiun MRT berada di bawah tanah dan kita harus menaiki
tangga untuk sampai keluar. Ditambah lagi, banyak pintu keluar di sana sehingga
untuk meminimalisasikan agar tidak salah keluar (muternya jauh boo kalau sampai
salah keluar). Jeng-jeng, kami pun tidak salah keluar karena membaca peta
terlebih dahulu.
Kami pun berjalan dari Bugis Station sampai ke penginapan kami. Tidak
terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Yang sedang-sedang saja. Cuaca Singapore
memang tidak jauh dari Jakarta. Panas, menyengat. Tapi minim polusi sehingga
kami tidak terlalu terengah-engah.
Kami menginap di sebuah hostel—bukan hotel—bernama ABC Hostel yang
terletak di Jalan Kubor. Sepanjang perjalanan menuju Jalan Kubor, saya dan Anas
tak henti-hentinya tersenyum geli membaca plang jalan di sekitar situ karena
namanya lucu-lucu. Ada Jalan Pisang dan ada Jalan Pinang. Sama kaya di
Indonesia.
Kembali ke ABC Hostel. Kami memilih ABC Hostel lantaran memiliki female dorm, fasilitas oke, dan letak
strategis. Kami memesan kamar yang bermuatan untuk empat orang. Itu berarti
kami akan sekamar dengan dua orang asing yang sama sekali tidak kami kenal.
Tentu saja kami penasaran dan deg-degan. Takutnya sekamar dengan turis asing
yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar.
![]() |
ABC Hostel |
Tempat tidur di kamar kami bertingkat. Saya pun diputuskan secara
sepihak untuk menempati tempat tidur di lantai dua alias di atas. Dengan
alasan, saya lebih kurus daripada Anas. Oke, saya pun terima.
![]() |
Dalam kamar hostel |
Setelah lepas lelah sejenak, solat, dan mandi, kami pun bersiap-siap
untuk menjalankan itinerary yang telah tersusun secara matang. Cuaca panas
Singapore pun membuat kami untuk mandi terlebih dahulu sebelum pergi
jalan-jalan. Setelahnya, kami pun segera meninggalkan hostel untuk memulai
petualangan pertama kali, yakni menjelajah Orchard Road.
No comments:
Post a Comment