January 24, 2011

Cuplikan Between Me and You part 2

Mata kami saling bertatapan lekat. Tak satupun dari kami yang berusaha untuk menghindar karena menurutku sangat sulit untuk tak melihat ke dalam matanya yang tajam. Entah apa yang membawa kami hingga sedekat ini, tiba-tiba saja dia telah berada persis di hadapanku. Bisa terlihat dengan jelas bekas perkelahiannya tempo hari; pelipis matanya ditempeli oleh plester dan ada memar sedikit di bagian tulang pipinya.
"T...Tristan..." sangat sulit bagiku untuk mengucapkan namanya, namun akhirnya ku berhasil melakukannya. Ia tak bergeming ketika ku memanggil namanya. Matanya tetap memandangku, cukup lama, sampai pada akhirnya ia berjalan melewatiku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Seolah dunia tak bergravitasi lagi, mendadak ku kehilangan pegangan dan terpuruk di lantai. Melihat perlakuan Tristan barusan membuatku sesak dan ingin teriak terisak. Ku memukul pelan dadaku, yang sedari tadi menahan tangis yang tak ingin kuledakkan di depannya. Aku jatuh sekarang. Tak terkendali.

January 21, 2011

cuplikan Between Me and You part 1

Dari kejauhan ku melihat kerumunan orang yang sepertinya sedang mengintip ke dalam kelas XII IPS 3, kelas dimana Tristan berada. Dengan rasa penasaran yang menggebu, ku berlari dan melihat sedang terjadi apa di dalam kelas tersebut. Aku tak dapat membendung rasa terkejutku ketika mendapati Tristan sedang menonjok perut salah satu siswa di sana. Siswa itu pun membalas dengan tonjokan yang serupa di wajah Tristan. Ku dapat melihat dengan jelas, setetes darah mengalir keluar dari lubang hidung Tristan. Aku pun menutup mulutku yang sempat ternganga dengan tangan. Sempat terkaget melihat Tristan terlihat begitu terluka, namun matanya menyorotkan dendam kepada siswa yang telah menonjoknya tersebut. Tanpa pikir panjang, Tristan membalas dengan tonjokkan yang berakhir di pipi siswa tersebut dan membuat siswa itu jatuh tersungkur.
Kerumunan para siswa pun tiba-tiba terpecah ketika mendengar suara Kepala Sekolah bergema di kelas tersebut dan meneriaki nama Tristan. Tristan yang telah menarik kerah seragam siswa tersebut dan bersiap-siap untuk memberi serangan lanjutan pun mendadak berhenti, lalu matanya melirik ke arah Kepala Sekolah yang sudah berdiri di ambang pintu kelas.
”Apa-apaan ini?” teriak Kepala Sekolah. ”Tristan, Doni, ikut ke ruangan saya!” perintah Kepala Sekolah dengan nada tinggi. Tristan melepas cengkraman di kerah seragam Doni, nama siswa yang telah dihajar Tristan, dengan kasar. Ia bangkit, lalu berjalan keluar kelas dengan wajah tertekuk karena kesal. Ketika berjalan melintasiku, Tristan menatap sinis sejenak dan langsung berjalan tanpa terhenti, seolah-olah aku memang tak dikenalnya. ”Bubar semua!” suruhnya kepada para siswa yang sedari tadi mengerubungi kelas untuk menonton pertunjukan adu jotos antara Tristan dan Doni. Bak ayam yang sedang makan beras lalu tiba-tiba dilempari batu, seluruh siswa pun kompak bubar. Aku sebenarnya ingin tahu kelanjutan nasib Tristan tapi aku harus memaksa diriku sendiri untuk tak lagi memikirkan, apalagi mengurusi urusan dan hidup Tristan lagi.