February 26, 2013

Puisi Malam part 8

February 24, 2013

Aksara Hidup


Aku dapat menemukan kesulitanmu dalam berkomunikasi secara simbol maupun verbal. Mungkin itu terjadi karena kau belum siap kembali dari masa klasik, dimana segalanya berbeda di kehidupan barumu. Merujuk dari segala yang kau katakan pada mereka, dapat kupahami, tak ada satupun yang mengerti makna dari setiap bentuk bunyi yang kau tegaskan. Karenanya ejaan hidupmu sekarang sudah berbanding terbalik dengan hidupmu yang lalu. Mereka maupun kau tak menyadari hal itu tapi aku sadar. Mulai dari abjad yang kau hafal, alfabet yang kau lafal, fonem yang kau ucapkan, serta tatahuruf yang kau gores, semuanya tak sama. Namun ku tak butuh simbol-simbol formal untuk mengertimu dikarenakan aku bukan manusia digital dan tidak mempunyai resolusi tinggi untuk menyerap semuanya. Cukup sorotan matamu serta ulasan senyummu yang masih menjadi komunikasi subjektif bagi mereka namun telah menjadi objektif bagiku. Hal itu sudah mencakup segala aksara hidupmu yang bersarang sangat nyata dalam pengertianku.

February 21, 2013

Para Simbion


Keterhubungan antara sekumpulan molekul dari dua jenis yang berlainan merupakan ikatan pekat dalam suatu kehidupan. Layaknya bunga dan lebah, kesalingsilangan tersebut tak dapat terpisahkan walau perbedaan apapun mewarnai interaksi mereka. Jalinan pola hidup pun tetap terpanjangkan sehingga menghantarkan pada sebuah simpul.
Mutualisme, itulah judul terharmonis dalam hubungan yang tergores pada alam. Saling memberi untuk saling menguntungkan. Tapi tak selamanya interaksi berjalan seindah kisah si bunga dan sang lebah. Ada kalanya, kedua belah pihak terlibat dalam suatu kompetisi maupun kenetralan. Bahkan menimbulkan kerugian di salah satu sisi demi memberi keuntungan pada sisi lainnya pun terjadi adanya. Itulah keragaman. Jika memilih untuk tetap mempertahankan keselarasan, berilah yang dibutuhkan sesama. Kesadaran masing-masing individulah yang diuji di sini. Apakah melepas tanpa mengharap umpan balik atau melepas dengan harapan umpan balik yang lebih besar? Atau mungkin tidak pernah terbesit untuk melepas, yang terpikir hanyalah mengharap umpan?
Karenanya, simbiosis seperti ini memang dibutuhkan simbion untuk hidup dan berfungsi secara stabil. Karenanya, simbiosis bukanlah untuk virus yang memang tak layak dikatakan hidup. Karenanya, hanya viruslah yang selalu mengharapkan umpan tanpa memberi. Karenanya, virus bukanlah organisme.

February 20, 2013

Di antara mutlak, relatif, dan virtual


Bukan aku tak dapat berjanji tapi ini dikarenakan aku hidup di bumi dan aku hanyalah manusia. Terlepas dari tanggung jawab atau komitmen, aku tak akan pernah lepas dari keterbatasan. Usaha dilaksana akan selalu menyertai untuk menyanggupi namun kau harus mengerti jika penentu akhir bukanlah aku ataupun kau. Di kehidupan yang serba relatif ini aku terlalu ragu untuk menentukan. Singkirkan kata pesimis atau pecundang namun inilah relativitas yang ada. Sudut pandang kita yang terpecah terkadang membawa kita ke dalam subjektivitas dimana masing-masing mempunyai pendapat sendiri. Seringnya terjebak antara ruang dan waktu serta sifat kita yang terkadang asimetris, membawa kita ke dalam satu ujung, yakni kebenaran relatif.

Inilah manusia yang tak memegang kendali alam semesta sehingga tak ada keharusan bagiku untuk mengabsolutkan sesuatu karena sifat yang hakiki, sejati, maupun tanpa salah hanyalah punya Sang Maha Kekal, pemilik tunggal kebenaran mutlak. Namun terkadang kita melupakan sesuatu. Kebenaran relatif yang memang menjadi tolak ukur manusia seringnya membuat kita terjebak dalam sebuah kebenaran virtual. Kita hanyalah manusia yang jauh dari objektivitas sehingga kita tak mempunyai kekuasaan untuk memutlakan sesuatu yang bersifat relatif.

Kita memang bukan cahaya tapi konstanta akan selalu ada. Tetaplah melintas pada orbit yang seharusnya. Makin mendekat dengan yang absolut, makin dekat pulalah kita kepada kebenaran dalam arti yang sesungguhnya.


February 19, 2013

Dari C Untuk O


Dalam satu periodik ternama, kita pun bersanding. Di bawah naungan satu kelompok yang sama, kita pun berbaur. Saling melengkapi satu sama lain untuk membantu proses kehidupan di bumi ini. Namun kau terlalu sempurna jika dibandingkan denganku. Kau dengan sifat ekstrovert yang melimpah dapat bereaksi dengan unsur maupun senyawa manapun. Kau juga memiliki sifat ambiviert yang mampu berdiri sendiri. Memberikan hal positif dalam memperlancar hubungan pada alam. Aku pun begitu, dapat dengan mudah bergaul denganmu. Walau kutahu atomku tak dapat berdiri lebih banyak daripada punyamu. Terkadang sebuah perubahan kita pun tak tahu. Mendadak kita terlibat dalam suatu pembakaran, dimana runutan reaksi kimia yang tercipta antara kita tak berjalan dengan sempurna. Sesuatu yang mengancam pun terlahir akibat kekurangan zatmu dalam proses pembakaran. Ini bukan mauku sepenuhnya, namun pada kenyataannya terlintas keegoisanku menyertai ini semua. Tapi mestikah aku menyepelekan ketidakseimbangan ini atau mestikah aku kembali mengalah? Biarlah aku yang melepas, dimana atommu selalu berkuasa di atasku, untuk melahirkan zat asam arang dibandingkan senyawa zatku kekurangan atommu yang sekiranya mengandung racun.

February 14, 2013

Kehidupan Mikro


Aku tahu teori ini. Dimana penawaran kehidupan darimu sangat mengesankan dan menjawab permintaan yang aku ajukan. Semakin tingginya permintaan dariku semakin optimisnya penawaran darimu. Saling meningkatnya keterhubungan antara kita haruslah didasari oleh pergerakan dari kuantitas perubahan serta harga sebuah perjuangan. Pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam kurva kehidupan semata-mata hanya untuk bertemu di titik keseimbangan. Namun banyak hal yang harus kita pelajari. Seperti saling memahami perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan, menghadapi keadaan penuh informasi asimetris, mendapati terjadinya eksternalitasi negatif, serta mengaplikasikan teori permainan dengan selayaknya. Baru inilah keseimbangan umum terjadi jikalau suatu saat kita mengalami kegagalan dan mengetahui hal-hal apa saja supaya kembali pada hubungan yang sempurna. Tentunya dengan elastisitas yang menancap. Semoga kita sama-sama berani menghadapi. Bahwa kegagalan sesungguhnya bukan lagi tak berfungsinya suatu rencana melainkan situasi dimana mengatur kembali rencana dan penerapan agar terciptanya keefisienan. Ruang lingkup kita yang masih lebih kecil dari skala rata-rata, menjadi metode menguntungkan bagi kita yang masih meraba akan kehidupan mikro.

February 13, 2013

Pita oranye untuk Plantae


Sebuah pita kesadaran berwarna oranye ini kusimpulkan di atas mahkotaku. Sebagai bentuk kepedulian akan rasialisme di muka bumi ini. Jangan kau salah menilai perbedaan dalam semesta ini. Baik objektivitas maupun subjektivitas yang terlalui adalah sebuah jalan untuk menjadi yang tersyahdu dalam seleksi alam.

Sebagai contohnya aku dan genus yang hidup dalam satu kerajaan yang sama. Aku, sang Rafflesia, merupakan korban dari penilaian sepihak. Rupaku memang tak secantik Rosa. Bauku tak seharum Jasminum. Warnaku juga tak semenarik Hibiscus. Dan ketenaranku tak seperti Prunus. Dikarenakan ini, aku pun tak dapat dipetik, dicium, ataupun dibelai. Tak ada yang menghampiriku, kecuali Diptera yang setia dengan bau sesakku. Padahal kami sama-sama dilahirkan dari perubahan unik antara batang dan daun. Modifikasi dari alam yang disebabkan oleh terhasilkannya biomolekul berprotein yang dirangsang oleh sekumpulan senyawa organik. Dan kami juga mempunyai mahkota masing-masing sebagai syarat untuk tumbuh sempurna.

Namun kesempurnaan yang telah ditulis alam malah menjadi tak sempurna bagi sebagian pandangan dalam hal fisik. Tapi akan sangat irasional jika ku mengeluh pada Dia, Sang Pelukis Agung. Biarlah pita kesadaran oranye ini tetap bertengger di salah satu perhiasanku agar lingkungan, alam, serta penghuninya dapat menghapuskan perbedaan rasial antara kami, sang rakyat Plantae.

February 9, 2013

Menjawab pengecualian sang lubang hitam


Kau merupakan objek yang mempunyai daya tarik begitu memukau bagi sebagian kalangan. Sempurna. Namun nyatanya kau tak dapat mengimbangi massa yang kau miliki sehingga tak mampu bertahan dengan tekanan gravitasimu. Terjelembab dan terjebak, lalu menjelma menjadi lubang hitam yang rakus menarik materi untuk mendekatimu, seraya menjeratnya dimana semuanya tak dapat kembali. Cahaya pun dikira percuma untuk menerangimu karena kau telan dalam-dalam juga. Berbanding terbalik dengan reputasi yang disandangmu, kau tak dapat menarikku. Aku terlalu jauh untuk terjebak. Sekalipun kau menambah massamu untuk mendekatiku agar terjebak, jangan kau lupakan akan suatu fenomena berskala superkecil tersebut. Dimana asasmu dilanggar serta penghalang potensialmu ditembus. Terusan ini dirasa sangat mustahil. Tapi energi kinetik ini terlalu cukup untuk melaluimu, bukan melintasimu. Menyeruak dan menembus, lalu terbentuklah terowongan kuantum untuk menjawab pengecualian apa yang dirasa sangat mutlak bagimu.

Pelanggaran dalam asas mutlak

Daya cipta pun menolong sistem


Teratur, tak pernah terlewat, selalu tepat, tanpa salah. Sistem, itulah dia. Sebuah kiasan untuk kau yang selalu berambisi untuk sebuah tujuan tinggi. Dirancang serta direncanakan matang-matang, tanpa salah hanya untuk satu destinasi. Ada baiknya juga jika ku mengikutimu, berubah menjadi lebih terarah dan tertata. Namun apa kau sanggup akan kejutan-kejutan kehidupan yang belum terdefinisi oleh sistemmu? Terkadang suatu kesatuan yang mengandung elemen, akan ada satu komponen yang memecah menjadi unsur. Walaupun unsur sendiri adalah zat terkecil, jangan pernah kau lupakan mengenai partikel dari unsur. Masih ada atom dan kandungan kecil lainnya. Apa kau siap jika sistemmu hanya dapat menguraikan elemen sedangkan secara diam-diam atom beserta unsur lainnya menyeruak ke dalam kesatuanmu bak virus? Perlahan, longgarkan simpul sistemmu. Bukalah daya ciptamu. Karena sudut pandang sebelahmu telah membatasi paradigma untuk memandang pemikiran bercabang yang nyatanya memiliki keaslian. Konsep hari-harimulah contohnya.

Permulaan Sistem



February 3, 2013

Puisi Malam part 7

February 2, 2013

RBMM 4 (The sun wants to embrace the moon)

Kita hidup di semesta yang sama. Bersejajar di langit yang sama. Memiliki kecenderungan masing-masing yang menarik. Namun waktu sajalah yang sepertinya tak setuju kita bersanding. Berdiri bersama pada satu lorong detik serupa. Setelah ku berjaya pada langit biru, giliran kau muncul menerangi langit hitam. Bukan salah watu juga, melainkan ini sebagai takdir-Nya yang tak memungkinkan kita berjumpa. Aku tidak membenci guratan takdir. Aku hanya sesali, tak diciptakan sebagai penghuni bumi saja yang dapat melihatmu setiap malam. Walau pada kenyataannya banyak yang ingin menjadi diriku, sang bola raksasa pemegang sumber kehidupan yang merupakan tumpuan dari banyak reaksi kimia yang akan berlangsung. Akulah matahari. Yang mungkin tak akan dapat melihatmu, apalagi menggapaimu, sang bulan.