May 31, 2013

Closing: I'll be back, S


Saya hanya dapat terduduk capek di pesawat. Mengingat besok harus sudah kembali ke rutinitas semula, menghadapi macetnya Jakarta, serta polusi yang bertebaran. Saya pasti akan merindukan Singapore. Suasananya yang lengang, teratur, serta bersih akan menjadi hal yang paling saya rindukan dari negara tersebut.
Dilihat dari petualangan saya dan Anas, masih ada beberapa tempat lagi yang belum sempat kami kunjungi, seperti main di USS, Garden by The Bay, dan Marina Barrage. Jika saya memiliki kesempatan lagi ke Singapore, saya mau mengunjungi ketiga tempat tersebut. Tak hanya itu, belanja di Chinatown juga sepertinya belum puas hehe.
Goodbye, S! See you :)

I'll be back *gaya 2 PM*

Info from writer (part 3)



  • Jika berencana mengunjungi Chinese Garden, Japanese Garden, atau Botanic Garden, lebih baik perginya pagi-pagi, di saat udara masih sejuk dan tidak terlalu panas
  • FYI, tidak ada tiket masuk untuk ke Chinese Garden dan Japanese Garden. Sama seperti Botanic Garden, gratis
  • Ada salah satu tempat di Chinese Garden yang bayar tiket masuk, yaitu Bonsai Garden (menurut info bayar $5)
  • Kalau punya waktu lebih, alangkah enaknya bisa jogging di kedua Garden tersebut
  • Taruh paspor dan kartu imigrasi di dalam kantong yang sama. Kalau perlu, bawa dompet khusus menyimpan kedua benda tersebut

Third Day: Dan sensor pun berbunyi


Entah mengapa, pengawasan saat pulang lebih ketat dibandingkan saat datang. Ketika ransel saya discan, tiba-tiba saja sensor berbunyi. Petugas pemeriksa pun menyuruh saya untuk membuka tas. Sama seperti saya, tas Anas pun disuruh dibuka. Digeledahlah tas kami berdua. Deg-degan? Stay cool tapi hati menjerit karena kami memang tidak membawa hal yang macam-macam. Dan sepertinya hand body milikku menjadi penyebabnya sensor itu berbunyi. Kata temanku, sensor akan berbunyi ketika menemukan benda cair yang ukurannya lebih dari 10 ml.
Lain halnya dengan Anas. Sensor berbunyi karena dia lupa menghabiskan air di botol minumnya. Akhirnya petugas pemeriksaan pun menyuruh dia untuk menghabiskan air minumnya. Anas pun meminta bantuanku untuk menghabiskan air tersebut. Mana masih setengah pula. Setelah benar-benar beres, kami pun diizinkan masuk gate dan menunggu hingga naik ke pesawat.

Tiket pulang

Third Day: Kehilangan kartu imigrasi

Kami tiba di Changi International Airport pukul 12 siang. Saya pikir loket penukaran boarding pass telah dibuka ternyata belum. Akhirnya kami pun menunggu hingga loket dibuka, yakni sekitar jam setengah dua.

TKW mudik

Setelah menukarkan boarding pass, kami makan siang sejenak di bandara. Baru setelahnya, saat mendebarkan pun tiba, yaitu melewati pemeriksaan imigrasi. Perasaan saya masih tenang sampai pada akhirnya si petugas imigrasi meminta kartu imigrasi saya—formulir yang diberikan pramugari saat kita di dalam pesawat pemberangkatan (baca post Advice from writer (part 1) poin 7). Dan ternyataaaaa….hilang. Oh my God! Stay cool? Pastinya. Tapi hati menjerit-jerit. Akhirnya, saya disuruh untuk mengikuti petugas imigrasi yang lain. Dia membawa saya ke loket terpisah. Saya pikir saya akan didenda, kena hukuman, atau disuruh tinggal selamanya di Singapore (ngarep). Ternyata saya cuma disuruh mengisi ulang kartu imigrasi, lalu paspor saya dicap dan dapat melenggang masuk tanpa pengawasan lagi. Kirain gitu ya! Namun setelah saya buka-buka tas, ternyata kartu imigrasi saya terselip di dompet paspor. Gubraakkk.

Third Day: Kenalan turis dari Vietnam

Ketika kami sedang asyik foto-foto, tiba-tiba saja seorang wanita datang menghampiri. Dia meminta tolong untuk difotokan di depan patung Mulan. Setelahnya, dia mengajak kami untuk berjalan bersama sekaligus simbiosis foto (saling ganti-gantian memfoto). Lambat laun, kami pun berkenalan. Wanita ini berasal dari Vietnam dan sedang berlibur di Singapore seorang diri. Untuk namanya, saya lupa siapa. Kami pun berjalan-jalan mengitari Chinese Garden hingga ke Japanese Garden.

Si turis Vietnam
Sesuai jadwal, jam 10 pun kami harus kembali ke hostel untuk mengambil koper dan bergegas pergi ke bandara. Kami pun pamit kepada turis Vietnam tersebut. Petualangan kami di Singapore pun ditutup hingga di tempat ini.

Third Day: Japanese Garden


Tak jauh berbeda dari Chinese Garden, di Japanese Garden juga memiliki keunikan tersendiri akan penampilannya. Banyak gazebo yang pernah saya temukan ketika menonton drama kolosal Korea. Berasa seperti sedang syuting film Korea saja. Jika saja ditambah Korean Garden, pasti lebih seru (berharap).


Berasa di film-film kolosal Korea













Third Day: Chinese Garden


Di Chinese Garden, dapat ditemukan banyak patung pahlawan Cina. Tak hanya itu pula, terdapat pagoda replika yang bagus dan mirip seperti aslinya. Suasanya yang antik dan ditambah oleh sejuknya udara, tempat ini bagus untuk sekadar lari pagi atau jogging. Tak sedikit pula orang-orang yang memilih tempat ini untuk berolahraga.


7 Pagodas

Confucius, filosof dunia

Zheng He
Zheng He atau yang dikenal dengan nam Cheng Ho merupakan seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok. Asal kalian tahu, Zheng He beragama Islam dan memiliki nama Islam juga, yakni Haji Mahmud Shams.

Hua Mulan
2 anak manusia di depan Twin Pagodas

Stone Boat



Third Day: Last Destination


Tujuan terakhir kami adalah berjalan-jalan unyu di Chinese Garden dan Japanese Garden. Untuk pergi ke sana, kami menggunakan MRT dari Bugis Station dan langsung turun di Chinese Garden Station. Walaupun tidak transit tetapi jaraknya lumayan jauh dari Bugis sehingga kami memang harus berangkat pagi.
Sesampainya di sana, udara sejuk pun langsung menyapa kami. Mata pun dimanjakan oleh hijaunya pepohonan. Jalanan lurus menuntun kami sekeluarnya dari stasiun. Di sisi-sisi jalan terdapat pepohonan serta tanah lapang berselimutkan rumput hijau. Suasana pun jauh dari bisingnya kendaraan. Benar-benar pemandangan yang jarang—tidak pernah sepertinya—kami temukan di Jakarta.


Welcome to Chinese Garden

Hijau sepanjang mata memandang

Pintu masuk dari arah MRT Station

Chinese Garden dan Japanese Garden terletak dalam satu kawasan. Di dalamnya terdapat banyak bangunan yang mencirikan kedua negara tersebut. Untuk lebih awal, saya akan membahas mengenai Chinese Garden terlebih dahulu.

Peta Japanese Garden & Chinese Garden


Third Day: No more kesiangan


Saya dan Anas sama-sama sudah siap untuk hari terakhir di Singapore. Mulai dari alarm pagi hingga masalah packing. Besok kami akan take off pukul setengah empat sore dan otomatis jam setengah satu siang harus sudah di bandara. Di hari terakhir, kami masih ada satu agenda lagi sehingga kami harus berangkat dari pagi.
Alarm saya maupun Anas tepat berbunyinya, yaitu jam 6 waktu setempat. Saya pun mengambil giliran pertama untuk mandi karena harus mengejar sholat Subuh juga. Setelah siap, kami pun mengambil sarapan yang sudah tersedia di dapur. Menunya memang sama seperti kemarin tetapi kebetulan saya membawa mie instant cup, jadinya sarapan double.
Setelah prepare buat check out, kami pun bersiap-siap untuk berpetualang lagi. Sambil bawa-bawa koper gitu? Oh tentu tidak! Hostel kami menyediakan tempat penitipan koper bagi para turis yang check out namun masih ingin jalan-jalan lagi. Walaupun kita harus membawa gembok sendiri untuk melindungi barang bawaan kita.
Kami pun pamit kepada teman sekamar kami. Sesudahnya, barulah agenda terakhir pun dimulai.

May 30, 2013

Info from writer (part 2)



  • Jangan lupa men-setting jam ponsel kamu hingga ke time zone-nya juga, biar alarm berbunyi tepat waktu.
  • Jika menginap di hostel, yang kamar mandinya sharing dengan yang lain, lebih baik mandi pagi-pagi—apalagi yang ingin jalan dari pagi—supaya tidak mengantre kamar mandi terlalu lama.
  • Jangan lupa mengisi botol minum kalian dengan air minum yang disediakan di hostel. Air mineral di Singapore agak mahal, jadi lebih baik kalian membawa minum sendiri dari hostel. Gratis pula.
  • Jika kalian tidak punya peta atau lupa mengambil di bandara, di hostel biasanya disediakan peta Singapore
  • Untuk yang tidak tahu suasana Sentosa Island, jangan khawatir! Karena di Sentosa Island atau di loket tiket masuk, terdapat peta Sentosa Island lengkap dengan 3 bahasa (Inggris, Jepang, dan Cina)
  • Harga di Chinatown bisa lebih murah lagi jika kalian berani menawar
  • Sempatkan sejenak mampir ke atap VivoCity yang terletak satu lantai dengan Sentosa Station. View-nya bagus untuk foto-foto




  • Jika mau mengunjungi USS, lebih baik jalan dari pagi-pagi supaya puas mencoba semua wahana
  • Song of The Sea memiliki jadwal tampil dan tiket nontonnya dapat didapat di Sentosa Station, dekat dengan loket tiket masuk Sentosa Island

May 29, 2013

Second Day: Menerawang langit malam Singapore


Kami tahu jika malam ini adalah malam terakhir kami di Singapore karena besok sore kami sudah kembali ke Indonesia. Saya dan Anas pun menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sepanjang Victoria Street menuju hostel. Tak ketinggalan juga foto-foto iseng.


Bugis Station dari luar, tepat di depannya Bugis Junction

Salah satu restoran dekat hostel

Jalan Kubor


Sesampainya di hostel, ternyata dua teman sekamar kami telah tiba. Kami pun berbagi pengalaman hari ini sembari packing karena besok pagi kami harus check out sebelum jam 11 pagi.

Second Day: Jalan-jalan malam di Bugis Street


Agenda hari Minggu pun sudah selesai tetapi kami menyisakan satu agenda lagi pada malam harinya. Setelah kembali ke hostel, kami pun istirahat sejenak dan juga mandi. Ditambah perut sudah keroncongan, kami pun bergegas pergi setelah siap. Destinasi selanjutnya adalah Bugis Street.
Bugis Street terletak tak jauh dari hostel kami sehingga dapat ditempuh dengan jalan kaki, lebih tepatnya di belakang Bugis MRT Station. Di Bugis Street, dapat ditemukan tempat-tempat belanja, baik dalam bentuk mall atau pasar. Untuk mall-nya bernama Bugis Junction dan untuk pasarnya bernama Bugis Village. Kedua tempat tersebut letaknya berseberangan. Jangan salah terka! Pasar yang dimaksud jauh beda dari pasar-pasar di Indonesia, lebih bersih dan juga teratur.
Kami pun mengunjungi Bugis Junction terlebih dahulu. Walaupun tidak ada niatan untuk membeli, yang penting kami pernah masuk ke mall itu. Selanjutnya, kami pun menyeberang ke arah Bugis Village. Di situ terdapat pasar yang menjual barang dengan harga yang lebih miring. Tentu saja mata kami nyaris kalap tetapi saya ingat jika telah membeli banyak barang di Chinatown tadi. Sehingga yang terkena ‘kutukan’ berbelanja adalah Anas.

Denah Bugis Junction

Bugis Village



Setelah puas berkeliling Bugis Junction dan juga Bugis Village, kami pun mulai mencari makan malam. Saya pun langsung teringat dengan list kuliner saya. Masih ada nasi lemak dan kaya toast yang belum saya cicipi. Menurut buku panduan yang saya baca, terdapat satu restoran di daerah Bugis Village yang menjual nasi lemak dan juga kaya toast. Akhirnya, kami pun berhasil menemukan restoran tersebut. Qi Ji Restaurant. Kali ini saya jamin restoran ini halal (ada logo halal di menunya).
Anas memesan satu porsi nasi lemak. Saya pun lebih tertarik untuk mencicipi kaya toast namun sayangnya, menu kaya toast sudah habis. Alhasil, saya pun memesan nasi lemak juga. Tak ketinggalan, satu gelas teh tarik juga ikut saya pesan—baru dua hari di Singapore, saya sudah sangat menyukai teh tarik.

Nasi lemak dan teh tarik



Second Day: Merlion, Esplanade, Marina Bay, dan sekitarnya

Tenaga kami terkuras sudah karena menyasar tadi. Kami hanya dapat duduk-duduk sambil memandangi Marina Bay Sand dari seberang. Butuh waktu setidaknya sepuluh menit untuk rehat sejenak. Baru setelahnya, kami pun kembali narsis di Merlion Park. Mengingat hari itu adalah hari Minggu, keadaan Merlion Park pun sudah dipadati oleh para pengunjung. Kami pun sempat berkenalan dengan salah seorang pengunjung—tujuan utamanya sih minta tolong difotoin. Ternyata pengunjung tersebut berasal dari Batam. Sepertinya memang banyak turis dari Indonesia yang mengunjungi Singapore.
Pada mulanya, kami berencana akan menyusuri Merlion Park hingga sampai ke Esplanade atau mungkin hingga ke Singapore Flyer, bianglala asal Singapore yang terkenal itu. Namun apa dikata, setelah melihat patung Merlion saja kami sudah puas dan tenaga kami pun sudah berada di titik minimum untuk berjalan. Yang penting kami sudah melihat Singapore Flyer dan Esplanade dari kejauhan.

Memandang Singapore Flyer dari kejauhan

Esplanade juga

Yang penting bisa narsis sama Merlion




Second Day: Nyasar (lagi)


Setelah puas berbelanja di Chinatown, perjalanan kami pun berlanjut. Destinasi kami selanjutnya adalah mengunjungi tempat wajib bila menginjakan kaki ke Singapore, yakni Merlion Park dan sekitarnya. Ketika saya lihat di peta, jarak Chinatown ke Merlion Park tidak jauh-jauh banget sehingga saya meyakinkan Anas untuk jalan kaki saja. Rutenya juga tidak terlalu sulit. Jika naik MRT, akan ribet urusannya. Dari Chinatown Station, kami harus naik MRT untuk transit di Outram Park Station, lalu melanjutkan ke Raffles Place Station.


Baca peta biar nggak nyasar

Berangkatlah kami dari Chinatown dengan berjalan kaki, tentunya sambil foto-foto. Ternyata, semakin lama berjalan semakin lelah otak bekerja. Saya sebagai pengemban peta harus bertanggungjawab membawa Anas hingga ke tempat tujuan. Semakin kami berjalan, entah mengapa mata kami tidak menangkap hawa-hawa Merlion ataupun Marina Bay Sand. Padahal kami telah berjalan jauh. Jam juga telah menunjukan pukul setengah lima sore. Itu berarti kami sudah berjalan kurang lebih satu jam.







Lewat jalan yang mana?

Akhirnya saya memberanikan diri untuk bertanya kepada bapak-bapak yang lewat. Alhamdulillah, ternyata bapak-bapaknya orang Indonesia—padahal saya sudah bertanya dengan bahasa Inggris. Menurut penjelasan bapak yang tadi, ternyata kami salah mengambil jalan. Ibarat kata, di pertigaan tadi, seharusnya kami belok kiri dan kami malah belok kanan. Balik lagi deh.
Setelah mendapat petunjuk yang benar, mata kami pun dapat menangkap bangunan Marina Bay Sand yang berdiri megah. Seperti menemukan mata air di padang pasir, begitulah ekspresi saya dan juga Anas. Dengan kaki terseok-seok dan tangan kecapean bawa kantong plastik belanjaan, kami tetap antusias menyambut Merlion Park.

Akhirnya nemu Marina Bay Sand juga

Second Day: Kalap di Chinatown

Destinasi selanjutnya tak kalah menggiurkan, yaitu shopping di Chinatown. Padahal agenda ke Chinatown ini sebenarnya tidak ada tetapi karena katanya barang yang dijual di sini murah-murah, akhirnya kami pun meluangkan waktu untuk mampir di Chinatown. Dari Harbour Front Station, kami tinggal naik MRT sekali dan turun di Chinatown Station.

Begitu tiba di Chinatown, mata kami langsung hijau. Ditambah lagi, banyak barang yang bertuliskan $... for … sehingga membuat saya semakin gatal. Alhasil, tiga kantong kresek berhasil saya tenteng dibawa pulang.
Tak hanya barang-barang murahnya saja yang menarik, di Chinatown juga banyak bangunan antik dan ornamen Cina yang bagus untuk dijadikan view foto.






Second Day: Sentosa Island

Sentosa Island memiliki 4 buah stasiun MRT; Sentosa Station, Waterfront Station, Imbiah Station, dan Beach Station. Sentosa Station adalah stasiun pertama, yaitu yang berada di VivoCity. Waterfront Station adalah stasiun yang harus kalian singgahi jika ingin pergi ke Universal Studio Singapore (USS). Imbiah Station adalah stasiun yang bersebelahan dengan patung Merlion raksasa—jika kalian mau foto di patung Merlion raksasa, kalian dapat turun di stasiun ini. Selanjutnya adalah Beach Station, stasiun terakhir. Kalau kalian berniat menonton Song of The Sea atau ingin bermain di pantai, kalian dapat turun di stasiun ini.
Perjalan pertama kami pun dimulai dengan turun di Waterfront Station. Memang tidak ada rencana ke USS tapi kami berniat foto di depan bola raksasa USS biar eksis hehe. Kami juga penasaran dengan Candylicious, toko permen yang ornamen permennya tergantung di atapnya.


Candylicious

Depan bola USS (cari gratisan)

I'll be back
Setelah puas foto-foto di halaman depan USS dan sekitarnya, kami pun melanjutkan perjalanan dengan menggunakan MRT. Tujuan kami selanjutnya adalah berfoto di patung Merlion raksasa yang terletak di Imbiah Station. Selain patung Merlion raksasa, di sekitar itu juga terdapat ukiran kayu besar yang bertuliskan Sentosa. Susah sekali mendapati tulisan Sentosa itu dalam keadaan kosong karena ada saja orang yang berfoto di situ.

Patung Merlion Raksasa

Nemu space kosong!!!

Pada awal rencana, kami ingin bermain di sekitar pantai dan mencoba naik Beach Tram, sejenis kereta gandeng yang seperti di mall-mall yang dinaiki anak kecil. Tapi ternyata, turis yang ingin naik Beach Tram sangat berjibun. Ngantrenya melebihi antre BBM. Kami pun mengurungkan niat untuk mencoba Beach Tram.
Oh ya, bagi para muslim, di Beach Station terdapat mushola loh. Kalian tinggal turun ke basement Beach Station (kalau bingung, tanya mbak-mbak loket MRT). Setelah selesai solat, saya dan Anas kembali kelaparan. Ternyata di dekat Beach Station, ada stan Old Chang Kee, gorengan khas Singapore—nugget dan sosis. Sembari istirahat, kami pun nyemil-nyemil cantik dan membeli beberapa gorengan Old Chang Kee.
Karena cuaca semakin panas dan waktu yang terus berjalan, akhirnya kami memutuskan untuk membatalkan main di pantai. Kami pun langsung melanjutkan ke destinasi berikutnya. Sebenarnya saya kurang puas bermain di Sentosa Island. Saya dan Anas berjanji jika ke Singapore lagi, kami akan meluangkan satu hari penuh di Sentosa Island. Kami akan mengunjungi USS dan menonton Song of The Sea.

Second Day: Rehat di VivoCity


Sesuai saran dari teman kantor saya, setelah mengunjungi Botanic Garden, saya dan Anas dapat langsung naik MRT menuju VivoCity, gerbang utama menuju Sentosa Island—destinasi selanjutnya adalah Sentosa Island— ,tanpa transit lagi. Dari Botanic Garden Station, kami hanya tinggal duduk manis di dalam MRT hingga stasiun terakhir, yakni Harbour Front Station, tempat di mana VivoCity berada. Uniknya, setiap stasiun MRT yang kami singgahi selalu tepat berada di bawah tanah mall yang ada di sekitarnya sehingga tidak perlu jalan keluar lagi.
VivoCity adalah sebuah mall besar sekaligus jalan masuk menuju Sentosa Island—bagi mereka yang akan menggunakan MRT khusus masuk ke Sentosa Island (kalau kata Anas lebih mirip MRT yang ada di TMII). Sebelum kami melanjutkan perjalanan, kami mengisi perut dahulu di foodcourt VivoCity. Karena tidak banyak pilihan, saya pun memilih ayam penyet sebagai menu makan siang saya. Dan saya jamin, kali ini halal karena penjualnya mengenakan kerudung dan juga ada logo halal di depan kasirnya. Selain itu pula, ibu-ibu kasirnya dapat berbahasa Indonesia (pasti ini orang Indonesia yang sedang mencari nafkah di Singapore).
Setelah terisi tenaga, kami pun bergegas menuju MRT Station arah Sentosa Island yang berada di lantai 4 (atau 5 gitu, saya lupa) VivoCity. Sebelum itu, jangan lupa membeli tiket masuknya. Cuma $3.5 saja—naik setengah dollar dari perkiraan saya. Oh ya, bagi kalian yang punya EZ-Link, kalian tidak perlu membeli tiket masuk. Cukup tap saja—berhubung saya dan Anas membelinya STP jadi harus bayar.
Pada awalnya, kami berencana ingin masuk Sentosa lewat Sentosa Boardwalk, sejenis jembatan yang menghubungkan VivoCity dengan Sentosa. Bayarnya juga lebih murah, yakni $1 saja. Tapi karena panas dan capek, kami malas jalan dan lebih memilih naik MRT.


Tiket masuk Sentosa Island

Second Day: Hijau-hijau di Botanic Garden

Rencana ke Singapore Botanic Garden sebelumnya tidak ada di itinerary tetapi hasil saya ‘berguru’ ke teman kantor, saya disarankan untuk mengunjungi tempat ini. Katanya, dulu Botanic Garden tidak memilik stasiun MRT tetapi sekarang sudah dibangun. Dari Bugis Station, kami pun naik MRT untuk transit di Buona Vista Station, lalu menyambung hingga ke Botanic Garden Station.
Sesampainya di sana, mata kami langsung dimanjakan oleh pemandangan serba hijau. Kalau diibarat katakan, Botanic Garden sama seperti Kebun Raya Bogor tapi bedanya Botanic Garden tidak ada tiket masuk alias gratis dan mungkin lebih terawat sepertinya. Banyak tanaman-tanaman yang diberi papan nama seperti di Kebun Raya Bogor. Selain itu, tempat ini juga dijadikan sarana jogging para penduduk di sana.