Aku tahu terjatuh itu sakit tapi kau selalu
menyuruhku untuk terus bangkit. Dengan linangan air mata dan emosi meledak,
terkadang keras kepalaku muncul. Tak mendengar perkataanmu dan tetap pada
jalanku. Di saat aku tersenyum dan bahagia, aku terkadang melupakanmu, tak
teringat sedikitpun akan nasihatmu yang lalu walau ternyata apa yang kau
ucapkan ada benarnya juga. Inilah aku, manusia yang luput akan sesuatu yang semu.
Cinta kau salah satunya. Kau tak pernah menampakan rasa cinta dan sayang dalam
bentuk perkataan semata atau perbuatan yang membuatku bahagia tetapi kau selalu
ada di saat aku butuh atau tidak. Dengan semakin menipisnya tenagamu, kau tidak
akan diam melihatku dalam kesulitan. Dengan berputarnya waktu, kau tidak akan
terlelap sebelum ku tenang. Dengan bertambahnya rambut putihmu, kau akan terus
menjagaku. Berapapun usiaku dan sejauh apapun aku melangkah, aku akan selalu
menjadi gadis kecilmu, Ayah.
Showing posts with label #playwithwords. Show all posts
Showing posts with label #playwithwords. Show all posts
June 4, 2013
May 24, 2013
Filosofi Pelangi
Terkadang aku salah tangkap dengan konsep
pelangi setelah badai. Mereka berkata setelah badai yang menerjang, akan ada
pelangi yang melingkar indah. Istilah metafora tersebut dapat diartikan sebagai
setelah cobaan akan ada kebahagiaan di baliknya. Namun satu hal yang aku
pertanyakan, mengapa kebahagiaan baru muncul setelah ada cobaan? Pelangi tidak
muncul setelah hujan atau badai saja. Dia ada di mana-mana. Dengan berbekal
pembiasan cahaya serta setetes air bening sebagai medium, spektrum warna
tersebut akan muncul. Dialah sang pelangi.
Sekarang, kau gerakan matamu. Carilah pelangi dan bukan menunggu pelangi itu muncul.
Sama halnya dengan kebahagiaan. Kita
dapat menemukan banyak kebahagiaan di manapun, tidak setelah cobaan datang
saja. Modal dasar yang dibutuhkan hanyalah cahaya, yaitu pikiran positif, dan
air, yaitu senyum. Kelak pelangi yang diformulasikan akan muncul melingkar
indah di tempat kau letakkan cahaya dan air secara seimbang.
April 4, 2013
Inti Atom
Ibaratkan manusia adalah inti atom yang
terkandung dalam sebuah atom bernama kehidupan. Dimana inti atom sendiri selalu
terdapat proton, yang memberikan muatan positif, dan neutron, yang memberikan
muatan netral. Pada dasarnya, manusia sendiri terlahir untuk berpikir positif
serta bersifat netral untuk meminimalisasi masalah. Namun inilah kehidupan yang
dikelilingi lingkaran cukup luas dan terdapat kandungan lainnya. Seperti atom
yang tak hanya terdiri dari inti atom saja, melainkan awan elektron juga, yang
memberikan muatan negatif bagi inti atom. Sekarang tugas bagi manusia, apakah
dapat menyeimbangi muatan tersebut dan berhasil membentuk sebuah ion yang
bernama pola pikir. Walau kenyataannya, ion pun distimulasi menjadi dua pilihan. Apakah
manusia dapat menciptakan kation, ion bermuatan positif, atau malah terjebak
dalam anion, ion yang bermuatan negatif.
March 10, 2013
Pelangi Terakhir
Mulanya kau tak diatur dalam sebuah ambisi maju. Namun waktu telah mengajarkan banyak sisi lain yang tak kau pelajari dengan tuntas dan saksama. Terlibatnya baku hantam melalui jalur belakang telah membuatmu terus melaju hingga ke orbit terdepan, ingin menyaingi sang raja bola api. Menguasai semesta, itulah tujuan hidupmu yang tertulis pekat dalam otak. Ketidakwajaran pun terjadi. Layaknya kau dengan metode sihir penuh racun sianida kadar tinggi, tak berbentuk dan kasat mata, mudahnya kau menjungkirbalikan kekekalan. Membuat sesuatu yang mungkin menjadi tidak mungkin dan membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Dalam kesombonganmu yang tak berlapis, tolong jangan lupakan akan hal-hal relatif yang sekejap dapat mengubah segalanya. Apakah kau ingat dengan cahaya beraneka warna yang sejajar di langit? Yang dulu pernah kau coba untuk musnahkan tetapi selalu tak berhasil? Karena cahaya warna-warni itu selalu muncul lewat medium lain. Mereka pun muncul kembali. Dengan berbekal pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air, mereka membentuk busur spektrum warna besar yang melingkar. Warna-warna sang pelangi, begitulah alam menyebutkannya. Walau kau mengira mereka hanya bertujuh, tapi bagaimana jika salah satu panjang gelombang dari warna putih cahaya matahari terlanjur membentuk pita garis pararel berikutnya? Dengan berparadigma pada si pelangi merah yang berada di atas dan si pelangi ungu yang berada di bawah, kau tak akan pernah sadar jika di bawah pelangi ungu ada pelangi yang lain. Pelangi terakhir, demikian alam menyebutkannya.
Dalam kesombonganmu yang tak berlapis, tolong jangan lupakan akan hal-hal relatif yang sekejap dapat mengubah segalanya. Apakah kau ingat dengan cahaya beraneka warna yang sejajar di langit? Yang dulu pernah kau coba untuk musnahkan tetapi selalu tak berhasil? Karena cahaya warna-warni itu selalu muncul lewat medium lain. Mereka pun muncul kembali. Dengan berbekal pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air, mereka membentuk busur spektrum warna besar yang melingkar. Warna-warna sang pelangi, begitulah alam menyebutkannya. Walau kau mengira mereka hanya bertujuh, tapi bagaimana jika salah satu panjang gelombang dari warna putih cahaya matahari terlanjur membentuk pita garis pararel berikutnya? Dengan berparadigma pada si pelangi merah yang berada di atas dan si pelangi ungu yang berada di bawah, kau tak akan pernah sadar jika di bawah pelangi ungu ada pelangi yang lain. Pelangi terakhir, demikian alam menyebutkannya.
Jaringan Pikiran
Kita memang tak dekat. Kita berkomunikasi. Kita bertukar pikiran. Namun jaringan yang mewadahi kita sama sekali tak terdefinisi. Kadang aku yang menjadi klien dan kau yang menjadi server tapi kadang sebaliknya. Hampir seluruh aplikasi seperti ini dimiliki semua orang tapi jaringan yang mereka jalin berbeda dengan kita. Komunikasi kita memang bersistem tapi tak berinduk. Tak dibutuhkan perangkat keras, lunak, maupun peralatan interkoneksi lainnya untuk menghubungan dua keterikatan tidak ilmiah kita.
Mungkin ini terdengar lucu tapi memang benar adanya. Fisiologis tubuh kita menjadi terhubung. Tak semata-mata pikiran saja yang berfungsi. Respon kulit galvanik kita mengerang jika salah satu dari kita sangat membutuhkan. Inilah detektor alamiah bukan sekadar ilusi belaka. Jarak jauh ataupun tidak, kita tetap tak mengenal jaringan komunikasi wilayah. Bisa dikatakan mirip dengan jaringan nirkabel, tak kasat mata dan penuh gelombang elektromagnetik. Namun ingat, tanpa batasan wilayah.
Agak tidak rasional jika kita bicara dengan orang ilmiah mengenai cara berkomunikasi kita tapi jangan salah menerka, komunikasi kita yang terjaring ini telah mendapat penelitian dari mereka. Bahwa kita itu spesial. Telepati, itulah koneksi yang menyeruak jaringan sistem alam bawah sadar kita untuk saling menguatkan maupun mengingatkan.
February 24, 2013
Aksara Hidup
Aku dapat menemukan kesulitanmu dalam berkomunikasi
secara simbol maupun verbal. Mungkin itu terjadi karena kau belum siap kembali
dari masa klasik, dimana segalanya berbeda di kehidupan barumu. Merujuk dari
segala yang kau katakan pada mereka, dapat kupahami, tak ada satupun yang mengerti
makna dari setiap bentuk bunyi yang kau tegaskan. Karenanya ejaan hidupmu
sekarang sudah berbanding terbalik dengan hidupmu yang lalu. Mereka maupun kau
tak menyadari hal itu tapi aku sadar. Mulai dari abjad yang kau hafal, alfabet
yang kau lafal, fonem yang kau ucapkan, serta tatahuruf yang kau gores,
semuanya tak sama. Namun ku tak butuh simbol-simbol formal untuk mengertimu dikarenakan
aku bukan manusia digital dan tidak mempunyai resolusi tinggi untuk menyerap
semuanya. Cukup sorotan matamu serta ulasan senyummu yang masih menjadi
komunikasi subjektif bagi mereka namun telah menjadi objektif bagiku. Hal itu
sudah mencakup segala aksara hidupmu yang bersarang sangat nyata dalam
pengertianku.
February 21, 2013
Para Simbion
Keterhubungan antara sekumpulan molekul dari
dua jenis yang berlainan merupakan ikatan pekat dalam suatu kehidupan. Layaknya
bunga dan lebah, kesalingsilangan tersebut tak dapat terpisahkan walau
perbedaan apapun mewarnai interaksi mereka. Jalinan pola hidup pun tetap
terpanjangkan sehingga menghantarkan pada sebuah simpul.
Mutualisme, itulah judul terharmonis dalam
hubungan yang tergores pada alam. Saling memberi untuk saling menguntungkan. Tapi
tak selamanya interaksi berjalan seindah kisah si bunga dan sang lebah. Ada
kalanya, kedua belah pihak terlibat dalam suatu kompetisi maupun kenetralan. Bahkan
menimbulkan kerugian di salah satu sisi demi memberi keuntungan pada sisi
lainnya pun terjadi adanya. Itulah keragaman. Jika memilih untuk tetap
mempertahankan keselarasan, berilah yang dibutuhkan sesama. Kesadaran masing-masing
individulah yang diuji di sini. Apakah melepas tanpa mengharap umpan balik atau
melepas dengan harapan umpan balik yang lebih besar? Atau mungkin tidak pernah
terbesit untuk melepas, yang terpikir hanyalah mengharap umpan?
Karenanya, simbiosis seperti ini memang dibutuhkan
simbion untuk hidup dan berfungsi secara stabil. Karenanya, simbiosis bukanlah
untuk virus yang memang tak layak dikatakan hidup. Karenanya, hanya viruslah
yang selalu mengharapkan umpan tanpa memberi. Karenanya, virus bukanlah
organisme.
February 20, 2013
Di antara mutlak, relatif, dan virtual
Bukan aku tak dapat berjanji tapi ini
dikarenakan aku hidup di bumi dan aku hanyalah manusia. Terlepas dari tanggung
jawab atau komitmen, aku tak akan pernah lepas dari keterbatasan. Usaha dilaksana
akan selalu menyertai untuk menyanggupi namun kau harus mengerti jika penentu
akhir bukanlah aku ataupun kau. Di kehidupan yang serba relatif ini aku terlalu
ragu untuk menentukan. Singkirkan kata pesimis atau pecundang namun inilah
relativitas yang ada. Sudut pandang kita yang terpecah terkadang membawa kita
ke dalam subjektivitas dimana masing-masing mempunyai pendapat sendiri. Seringnya
terjebak antara ruang dan waktu serta sifat kita yang terkadang asimetris, membawa
kita ke dalam satu ujung, yakni kebenaran relatif.
Inilah manusia yang tak memegang kendali alam
semesta sehingga tak ada keharusan bagiku untuk mengabsolutkan sesuatu karena
sifat yang hakiki, sejati, maupun tanpa salah hanyalah punya Sang Maha Kekal,
pemilik tunggal kebenaran mutlak. Namun terkadang kita melupakan sesuatu. Kebenaran
relatif yang memang menjadi tolak ukur manusia seringnya membuat kita terjebak
dalam sebuah kebenaran virtual. Kita hanyalah manusia yang jauh dari
objektivitas sehingga kita tak mempunyai kekuasaan untuk memutlakan sesuatu
yang bersifat relatif.
Kita memang bukan cahaya tapi konstanta akan
selalu ada. Tetaplah melintas pada orbit yang seharusnya. Makin mendekat dengan
yang absolut, makin dekat pulalah kita kepada kebenaran dalam arti yang
sesungguhnya.
February 19, 2013
Dari C Untuk O
Dalam satu periodik ternama, kita pun
bersanding. Di bawah naungan satu kelompok yang sama, kita pun berbaur. Saling melengkapi
satu sama lain untuk membantu proses kehidupan di bumi ini. Namun kau terlalu
sempurna jika dibandingkan denganku. Kau dengan sifat ekstrovert yang melimpah
dapat bereaksi dengan unsur maupun senyawa manapun. Kau juga memiliki sifat ambiviert
yang mampu berdiri sendiri. Memberikan hal positif dalam memperlancar hubungan
pada alam. Aku pun begitu, dapat dengan mudah bergaul denganmu. Walau kutahu atomku
tak dapat berdiri lebih banyak daripada punyamu. Terkadang sebuah perubahan
kita pun tak tahu. Mendadak kita terlibat dalam suatu pembakaran, dimana runutan reaksi kimia yang tercipta antara
kita tak berjalan dengan sempurna. Sesuatu yang mengancam pun terlahir
akibat kekurangan zatmu dalam proses pembakaran. Ini bukan mauku sepenuhnya, namun
pada kenyataannya terlintas keegoisanku menyertai ini semua. Tapi mestikah aku
menyepelekan ketidakseimbangan ini atau mestikah aku kembali mengalah? Biarlah
aku yang melepas, dimana atommu selalu berkuasa di atasku, untuk melahirkan zat
asam arang dibandingkan senyawa zatku kekurangan atommu yang sekiranya mengandung
racun.
February 14, 2013
Kehidupan Mikro
Aku tahu teori ini. Dimana penawaran kehidupan
darimu sangat mengesankan dan menjawab permintaan yang aku ajukan. Semakin
tingginya permintaan dariku semakin optimisnya penawaran darimu. Saling meningkatnya
keterhubungan antara kita haruslah didasari oleh pergerakan dari kuantitas perubahan
serta harga sebuah perjuangan. Pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam kurva
kehidupan semata-mata hanya untuk bertemu di titik keseimbangan. Namun banyak
hal yang harus kita pelajari. Seperti saling memahami perilaku yang dapat
mempengaruhi pengambilan suatu keputusan, menghadapi keadaan penuh informasi
asimetris, mendapati terjadinya eksternalitasi negatif, serta mengaplikasikan
teori permainan dengan selayaknya. Baru inilah keseimbangan umum terjadi
jikalau suatu saat kita mengalami kegagalan dan mengetahui hal-hal apa saja
supaya kembali pada hubungan yang sempurna. Tentunya dengan elastisitas yang
menancap. Semoga kita sama-sama berani menghadapi. Bahwa kegagalan sesungguhnya
bukan lagi tak berfungsinya suatu rencana melainkan situasi dimana mengatur
kembali rencana dan penerapan agar terciptanya keefisienan. Ruang lingkup kita yang
masih lebih kecil dari skala rata-rata, menjadi metode menguntungkan bagi kita yang masih
meraba akan kehidupan mikro.
February 13, 2013
Pita oranye untuk Plantae
Sebuah pita kesadaran berwarna oranye ini
kusimpulkan di atas mahkotaku. Sebagai bentuk kepedulian akan rasialisme di
muka bumi ini. Jangan kau salah menilai perbedaan dalam semesta ini. Baik objektivitas
maupun subjektivitas yang terlalui adalah sebuah jalan untuk menjadi yang
tersyahdu dalam seleksi alam.
Sebagai contohnya aku dan genus yang hidup dalam satu kerajaan yang sama. Aku, sang
Rafflesia, merupakan korban dari penilaian sepihak. Rupaku memang tak secantik
Rosa. Bauku tak seharum Jasminum. Warnaku juga tak semenarik Hibiscus. Dan ketenaranku
tak seperti Prunus. Dikarenakan ini, aku pun tak dapat dipetik, dicium, ataupun
dibelai. Tak ada yang menghampiriku, kecuali Diptera yang setia dengan bau
sesakku. Padahal kami sama-sama dilahirkan dari perubahan unik antara batang
dan daun. Modifikasi dari alam yang disebabkan oleh terhasilkannya biomolekul
berprotein yang dirangsang oleh sekumpulan senyawa organik. Dan kami juga
mempunyai mahkota masing-masing sebagai syarat untuk tumbuh sempurna.
Namun kesempurnaan yang telah ditulis alam
malah menjadi tak sempurna bagi sebagian pandangan dalam hal fisik. Tapi akan
sangat irasional jika ku mengeluh pada Dia, Sang Pelukis Agung. Biarlah pita
kesadaran oranye ini tetap bertengger di salah satu perhiasanku agar lingkungan,
alam, serta penghuninya dapat menghapuskan perbedaan rasial antara kami, sang
rakyat Plantae.
February 9, 2013
Menjawab pengecualian sang lubang hitam
Kau merupakan objek yang mempunyai daya tarik begitu
memukau bagi sebagian kalangan. Sempurna. Namun nyatanya kau tak dapat
mengimbangi massa yang kau miliki sehingga tak mampu bertahan dengan tekanan
gravitasimu. Terjelembab dan terjebak, lalu menjelma menjadi lubang hitam yang rakus
menarik materi untuk mendekatimu, seraya menjeratnya dimana semuanya tak dapat
kembali. Cahaya pun dikira percuma untuk menerangimu karena kau telan
dalam-dalam juga. Berbanding terbalik dengan reputasi yang disandangmu, kau tak
dapat menarikku. Aku terlalu jauh untuk terjebak. Sekalipun kau menambah
massamu untuk mendekatiku agar terjebak, jangan kau lupakan akan suatu fenomena
berskala superkecil tersebut. Dimana asasmu dilanggar serta penghalang
potensialmu ditembus. Terusan ini dirasa sangat mustahil. Tapi energi kinetik ini
terlalu cukup untuk melaluimu, bukan melintasimu. Menyeruak dan menembus, lalu
terbentuklah terowongan kuantum untuk menjawab pengecualian apa yang dirasa
sangat mutlak bagimu.
Pelanggaran dalam asas mutlak
Kau memang tak terkalahkan, mempunyai massa cukup besar untuk menggravitasi materi di dekatmu, tak terkecuali cahaya #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 9, 2013
Dikira tak ada yang mengalahkan sampai suatu saat fenomena dariku melanggar asas absolutmu #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 9, 2013
Melaluimu dengan bekal energi cukup untuk menjawab kemutlakanmu yang menyembunyikan pengecualian sehingga kau terkejut #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 9, 2013
Daya cipta pun menolong sistem
Teratur, tak pernah terlewat, selalu tepat,
tanpa salah. Sistem, itulah dia. Sebuah kiasan untuk kau yang selalu berambisi
untuk sebuah tujuan tinggi. Dirancang serta direncanakan matang-matang, tanpa
salah hanya untuk satu destinasi. Ada baiknya juga jika ku mengikutimu, berubah
menjadi lebih terarah dan tertata. Namun apa kau sanggup akan kejutan-kejutan
kehidupan yang belum terdefinisi oleh sistemmu? Terkadang suatu kesatuan yang
mengandung elemen, akan ada satu komponen yang memecah menjadi unsur. Walaupun
unsur sendiri adalah zat terkecil, jangan pernah kau lupakan mengenai partikel
dari unsur. Masih ada atom dan kandungan kecil lainnya. Apa kau siap jika
sistemmu hanya dapat menguraikan elemen sedangkan secara diam-diam atom beserta
unsur lainnya menyeruak ke dalam kesatuanmu bak virus? Perlahan, longgarkan
simpul sistemmu. Bukalah daya ciptamu. Karena sudut pandang sebelahmu telah
membatasi paradigma untuk memandang pemikiran bercabang yang nyatanya memiliki
keaslian. Konsep hari-harimulah contohnya.
Permulaan Sistem
Sistem. Sesuatu yang mengubah tingkatan secara mendadak. Inilah yang sering mengekang kreativitas #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 8, 2013
Namun jika sistem terviruskan oleh unsur dan golongan lainnya, akankah daya cipta dapat menolongnya? #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 8, 2013
Bisa terjadi penyelamatan pemikiran jika sistem mulai lentur dan tak kaku lagi #playwithwords
— Dika H Sadiah (@dikasadiah) February 8, 2013
January 29, 2013
Tidak Untuk Kembali
Aku menjajakan kaki kembali pada pelukan kota memori itu lagi
Dimana reruntuhan dinding kenangan penuh itu menyeruak membunuh dengan percobaan keras
Terguncang pada awalnya namun perlahan tanah menancapkan tegas kakiku
Tidak ada yang perlu dicemaskan lagi
Selayaknya angin membawa terbang debu tak tampak mata
Begitulah hati kebal, yang tak mempan ditancapkan panah masa lalu atau sekadar digoreskan jarum seringai waktu belakang.
January 26, 2013
Intelegensi Rindu
Rindu bak racun, yang menyerang perlahan, memasuki celah-celah kapiler pembuluh darah. Sangat dekat dengan kita, selalu mengitari namun ketidakpekaan kita saja yang menurunkan intensitas kehadirannya. Dalam kegamangan ini, sadar bila aku hidup di dunia yang sama denganmu. Menghirup oksigen dari asal yang serupa. Menatap langit dan merasakan terpaan sinar matahari yang satu. Namun entah sampai kapan kita disesatkan oleh labirin ini. Yang masih di depan mata dan saling menutupi jasad masing-masing. Terkadang pula keputusasaan selalu muncul dalam perjalanan mencari serta menggapaimu. Meyakinkan hati jika kaulah yang dicari. Tapi apakah keinginan itu berarti yang terbaik? Kepastian itu belum menentu.
Aku hidup. Aku mati. Aku setengah sadar. Indera mati rasa tak terlalu berguna. Hati hampa namun senyum tetap terukir. Senyum ini masih milik mereka selama kau masih jauh, tak tahu di pedalaman ataupun di peradaban. Anggap ini kewarasan yang sakit. Racun sianida mungkin telah membumbung serta menyeruak dalam sukma. Membuatku terjatuh dalam rindu tak wajar. Rindu yang belum mengenal intelegensi. Belum terlacak dan hanya akan mengarah pada satu radar. Kamu.
January 9, 2013
Tidakkah kau malu?
Kau yang membuat pada awalnya sebuah permintaan romantis untuk menjalin semuanya menjadi lebih indah. Kau yang merangkai janji-janji kehidupan mendatang bersamaku. Namun kaulah yang pertama mengingkari, merusak, dan melupakan. Dengan alasan kau membutuhkan ruang dan waktu untuk sendiri. Tak ada pikiran apapun bagiku selain mengiyakan.
Tapi disaat berdekatan, kau memecahkan alasan lalumu dengan sebuah kenyataan yang berbanding terbalik. Kau bukan butuh ruang dan waktu melainkan cinta yang baru. Melenggang dengan kebahagiaan baru di waktu ketika aku masih dalam tahap bangkit. Memamerkan senyuman di saat air mataku ini masih mengalir. Itulah kau sebenarnya? Mudahkah?
Namun waktu berjalan dan terus berputar. Entah siapa yang meninggalkan, kau tak bersama cinta barumu itu lagi. Kini kau membagikan senyumanmu untukku lagi. Aku mengernyit heran melihat dirimu ini. Tidakkah kau sadar kau sedang melakukan apa? Tidakkah kau tahu tujuan akhir memberiku angan-angan lagi akan cinta baru penuh perubahan dan keseriusan? Dan satu hal lagi, tidakkah kau ingat akan sandiwara yang kau lakoni waktu lalu serta merta kau datang untuk menghapus rekaman otakku dari sandiwara itu? Tidakkah kau malu?
December 24, 2012
Sembunyi
Danau keabadian menampung segala air kedukaan di bawah sana, yang mungkin akan menjadi saksi bisu persembunyian kita selanjutnya. Mungkin pada mulanya tidak masalah dengan segala persoalan yang membelit selama kita masih bisa berlari. Tapi aku mulai bertanya, pada hati yang terus berputar. Sampai kapan kita terus berpindah, menghindar, serta tak tangkas.
Di ujung pelarian kita, aku pun berhenti. Berhenti untuk mempercayaimu lagi. Berhenti untuk berlari serta keinginan untuk kembali, ke tempat dimana kita membuat ketajaman masalah dan bertaruh untuk mempertanggungjawabkannya. Lelah ini memuncak. Aku tak dapat bersembunyi lagi begitupula dengan dirimu. Tak akan ku biarkan kau bersembunyi lagi.
Menyerah dan bukan kalah. Pemberani dan bukan pecundang. Biarkan hatiku diikat dengan hati yang tak mengenalku. Selama itu benar. Selama tak membuat perpecahan. Selama semua dapat terselesaikan. Selama itu bukan dengan cara bersembunyi dan selama kita bersama menghadapi, kelak kita akan mendapat jawaban dari segala masalah. Walau itu terkadang melukai.
Inspired by: Hilary Duff - Hideaway
December 19, 2012
Titik Akhir
Aku sudah berhenti di sebuah titik. Bukan sebagai titik beku ataupun titik cair, melainkan titik datar yang berjurang dalam. Sudah ku pikir berulang kali untuk rencana ini, namun hati masih terasa janggal dan berat akan sebuah kenyamanan ini. Tapi mata tak dapat membalik ke belakang, begitupun jalan hidup. Aku ingin terbang ke udara tapi kau masih saja ingin berjalan di darat. Aku ingin menyelami samudera ataupun lautan tapi kau masih tetap nyaman berjalan di tanah. Aku ingin tingkat perubahan dari hubungan ini menjadi jelas dan nyata, bukan semakin merunduk dan semu.
Inilah sebuah keputusan. Sulit dan juga rumit bahkan tak dapat didefinisi oleh rumus atau penjabaran apapun. Tak butuh kematangan dalam berpikir terlalu lama. Sekalipun ini sudah tidak dapat menyatu lagi, selamanya mungkin akan terasa lebih sulit dalam mempersatukan lagi. Timur dan barat, selatan dan utara, kanan dan kiri, kinetik dan potensial, aku dan kamu. Tidak pernah sejalan selama ini dan tidak akan pernah. Akhir. Sebuah jawaban dari gabungan senyawa maupun rumus yang terangkum dalam waktu dan tak menemukan jawaban akhir melainkan titik akhir.
Subscribe to:
Posts (Atom)