September 9, 2012

Menatapmu

Senja kian merapat. Matahari tak berada di puncaknya lagi. Awan keemasan mulai mewarnai sore yang berhawa sejuk. Irish, gadis berambut panjang yang kepalanya masih terbalut oleh perban putih, mencoba untuk bangkit berjalan kembali, menikmati sore yang entah masih bisa ia bilang indah atau tidak.
Ingatannya tak pulih seperti semula. Benturan keras dalam kecelakaan lalu telah merenggut segala memori yang terfolder rapi di kepalanya. Tak satupun dapat ia ingat, tak terkecuali Ben. Lelaki yang ia cintai hampir tiga tahun ini. Lelaki yang tak akan pernah direstui oleh keluarganya untuk menjadi belahan jiwanya.
Tangan langsing Irish meraba bangku kayu taman yang mulai lapuk dimakan cuaca. Pikirannya kosong. Tatapan matanya hampa. Entah apa yang ia coba untuk pikirkan karena memorinya benar-benar kosong. Senja pun ia tatap dengan penuh tanda tanya.
Apa senja seindah ini pernah aku lihat sebelumnya? Jika pernah, dengan siapa aku melihatnya?
Tanpa ia ketahui, dari jarak yang sangat dekat, sepasang mata sedang mengarah padanya. Namun sepasang mata itu penuh dengan kegelapan. Sepasang mata yang sering menatapnya dengan cinta tapi kini hanya menatapnya kosong. Ben hanya dapat mengarahkan matanya ke arah Irish tanpa menatapnya. Kornea matanya tak dapat menangkap cahaya lagi. Entah berapa kali lagi Ben harus menatap Irish dengan kebutaannya.

No comments:

Post a Comment