September 28, 2012

Tak Terungkap

"Erika!" panggil Tristan setengah berteriak. Erika menghentikan langkahnya tanpa berbalik ke arah Tristan. "Kenapa akhir-akhir ini kamu menghindari aku?" tanya Tristan sengit. "Selama ini banyak yang menjauhiku karena mereka pikir aku seorang siswa berjiwa preman yang menakutkan. Tapi semenjak kamu ada, banyak siswa yang mau berteman denganku lagi. Kamu nggak segan-segan mengobrol, dekat, dan mau berteman denganku." Tristan menengadahkan kepalanya, lalu kembali memandangi Erika yang berdiri memunggunginya. "Tapi entah apa yang terjadi, kamu berubah sekarang. Kamu menjauhi aku."
"Aku sama sekali nggak menjauhi kamu. Aku hanya mau lebih konsentrasi belajar." koreksi Erika. "Dan," Erika pun membalikan badannya. Sekeras mungkin usahanya supaya tak ada air mata yang jatuh. "kalau kamu nggak keberatan, lebih baik kita nggak perlu dekat lagi. Hanya sebatas adik dan kakak kelas saja."
Tristan terkejut bukan main dengan perkataan Erika barusan. Ia berjalan mendekati Erika dengan langkah gontai. "Aku tahu nama kamu jadi rusak karena dekat denganku. Predikat juara kelas yang kamu sandang pasti jadi luntur karena berteman dengan siswa preman sepertiku." tukas Tristan sembari menghela nafas panjang. "Baiklah, kalau ini mau kamu, aku nggak keberatan. Sebisa mungkin, aku akan menjauhi kamu."
Bagai hati yang nyaris hancur, lalu seketika ditusuk oleh pisau tajam, langsunglah pecah hati Erika. "Oke," Erika mengangkat wajahnya, menatap pemuda yang tanpa sadar ia cintai itu. "terima kasih, Tristan." ujar Erika dengan nada parau. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya, tinggal tunggu waktu untuk mengalir.
"Terima kasih kembali." balas Tristan. "Selamat tinggal, Erika. Mungkin aku akan jadi pergi ke Inggris mengikuti saran ibuku." ia lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Erika sendirian.
Tangis Erika pecah setelah Tristan pergi. Hatinya benar-benar berat merelakan perasaannya kepada Tristan agar pemuda itu mendapatkan masa depan lebih cerah di Inggris sana. Dengan cara ini, mungkin Tristan akan pergi ke negeri tersebut untuk melanjutkan pendidikannya dan hidup lebih baik.
Dan di jarak yang tak begitu jauh, hati Tristan ikut hancur juga. Entah sudah berapa perempuan pernah ia taksir, namun baru kali ini ada satu perempuan yang mampu menjungkirbalikan dunianya. Berawal dari penasaran, lalu tumbuhlah rasa ingin memiliki namun agak tak mungkin.

No comments:

Post a Comment