January 9, 2013

Tidakkah kau malu?

Kau yang membuat pada awalnya sebuah permintaan romantis untuk menjalin semuanya menjadi lebih indah. Kau yang merangkai janji-janji kehidupan mendatang bersamaku. Namun kaulah yang pertama mengingkari, merusak, dan melupakan. Dengan alasan kau membutuhkan ruang dan waktu untuk sendiri. Tak ada pikiran apapun bagiku selain mengiyakan.
Tapi disaat berdekatan, kau memecahkan alasan lalumu dengan sebuah kenyataan yang berbanding terbalik. Kau bukan butuh ruang dan waktu melainkan cinta yang baru. Melenggang dengan kebahagiaan baru di waktu ketika aku masih dalam tahap bangkit. Memamerkan senyuman di saat air mataku ini masih mengalir. Itulah kau sebenarnya? Mudahkah?
Namun waktu berjalan dan terus berputar. Entah siapa yang meninggalkan, kau tak bersama cinta barumu itu lagi. Kini kau membagikan senyumanmu untukku lagi. Aku mengernyit heran melihat dirimu ini. Tidakkah kau sadar kau sedang melakukan apa? Tidakkah kau tahu tujuan akhir memberiku angan-angan lagi akan cinta baru penuh perubahan dan keseriusan? Dan satu hal lagi, tidakkah kau ingat akan sandiwara yang kau lakoni waktu lalu serta merta kau datang untuk menghapus rekaman otakku dari sandiwara itu? Tidakkah kau malu?

No comments:

Post a Comment