October 30, 2012

Sempurna

Hanya ada kata hancur di hatiku ketika tiba-tiba Arya melepaskanku. Tak ada angin tak ada hujan, begitu saja ia tiba-tiba membebaskanku untuk terbang kembali. "Mungkin ini yang terbaik, Ka." ucap Arya di malam perpisahan kami. Air mataku tak dapat dibendung lagi, lalu menumpah ruah di pipi. Jalinan kasih yang telah kami rajut hampir dua setengah tahun, kandas begitu saja. Aku berusaha tegar, tak memohon untuk kembali karena hatiku termakan oleh perkataan halus Arya, "Mungkin ini yang terbaik."
Namun perkataan halus ini seolah menjadi boomerang bagiku. Tak genap satu bulan selang ia melepaskanku, mendadak ia telah menangkap merpati yang lain. Entah aku yang begitu polos atau memang Arya yang...ah sudahlah.
Waktu demi waktu terlewati. Aku sudah mencoba untuk berdiri sendiri walaupun agak susah dengan topangan. Saat dilematis ini pula, aku dipertemukan kembali oleh kawan lama, Herdi. Dulu kami berteman namun tak sedekat bersahabat pula. Dulu memang aku sempat mengaguminya sampai rasa kagumku tertutup gunung buta yang dibangun oleh Arya. Namun sekarang gunung itu telah terbang dan yang tersisa hanya rasa kagumku yang masih ada.
Perkataannya masih sesejuk dahulu. Pemikirannya masih setajam dahulu. Sempat ada rasa ragu di hatiku, karena dia terlalu baik jika disandingkan denganku. Namun tanpa diduga hati kecilku sendiri berkata, "Jika memang ini yang terbaik untukku, mengapa tak ku minta saja pada-Nya agar aku diberi yang terbaik sepertinya?"
Diriku memang belum menjadi yang sempurna namun akan lebih baiknya jika ketidaksempurnaanku dapat ditutupi oleh kesempurnaannya dengan jalan sempurna yang diberi oleh-Nya.

No comments:

Post a Comment