May 27, 2013

First Day: Deg-degan tanpa henti


Saya dan Anas sama-sama pertama kali naik pesawat dan otomatis sama-sama belum pernah keluar negeri. Kami masih terbilang otodidak. Paspor saja baru dibuat untuk perjalanan kali ini. Nekat? Bisa dibilang begitu tapi tentu saja nekat dengan penuh persiapan.
Pesawat akan terbang jam 9.15 dan itu berarti kami harus sudah berada di Bandara Soetta jam 7 pagi. Saya menggunakan fasilitas bus Damri dari Gambir untuk sampai bandara sedangkan Anas memilih naik taksi dari rumahnya di daerah Cimanggis, Depok. Alhamdulillah, kami bertemu di terminal 2 tepat jam 7 kurang sepuluh. Penerbangan internasional memang berada di terminal 2 dan maskapai Value Air atau Jetstar berada di terminal 2D (untung saja bus Damri memang menurunkan penumpangnya sesuai dengan maskapai masing-masing).

Narsis dalam kegalauan


Setelah kami bertemu, kami pun segera masuk untuk mendapatkan boarding pass. Layaknya orang yang baru pertama kali ke bandara—ini serius loh, saya dan Anas sama-sama belum pernah menginjakan kaki ke Bandara Soetta—mata kali terus-terusan terperangah jika menemukan pemandangan yang ajaib (melihat pembungkusan koper saja kami merasa takjub). Tak hanya itu pula, hati kami sama-sama berdegup kencang dan tidak tenang selama belum duduk di kursi pesawat. Ketika kami menukarkan boarding pass saja deg-degan padahal mas-mas Jetstarnya ramah banget. Tahap selanjutnya yang tak kalah mendebarkannya adalah tahap imigrasi. Paspor kami dicek untuk mendapatkan cap. Takutnya ada something’s trouble terus kami dipulangin lagi, kan nggak lucu.
Tiket berangkat

Finally, kami pun lewat tahap tersebut. Namun belum cukup sampai di sini hati kami berdebar. Saatnya tahap masuk ke boarding gate. Seluruh badan dan barang bawaan kami dicek kembali. Untungnya, mulus tanpa sesuatu masalah. Kami pun menunggu manis di gate yang tertera di tiket pesawat kami. Saya sempat memberi kabar kepada orangtua saya sebelum terbang (orangtua menyuruh saya untuk menelepon setiap saat).

Tahap selanjutnya adalah kami diperbolehkan untuk naik ke pesawat. Lagi-lagi rasa takjub kami muncul kembali. Pramugarinya ramah dan nomor tempat duduk tertera jelas. Saya pun merasa lega dan ditambah lagi, saya mendapatkan tempat duduk tepat di sebelah jendela. Itu berarti saya bisa melihat awan dan pemandangan dari atas. Yeeaayy! Tak perlu delay ataupun menunggu, pesawat kami pun take off tepat pada waktunya.


Langit biru, awan putih


No comments:

Post a Comment