May 27, 2013

First Day: Singapore, here we come!

Pesawat kami pun landing tepat jam 12 siang waktu Singapore (perbedaan waktu di Singapore maju satu jam dari Jakarta). Deg-degan pun menghampiri kami kembali. Itu berarti kami akan melewati tahap mendebarkan lagi, yakni imigrasi. Setibanya di Changi International Airport, kami dihadapi oleh petugas imigrasi Singapore yang mayoritas seperti orang India—berkulit hitam, besar-besar, dan di tengah dahinya ada titik merahnya. Deg-degan? Sangat pakai banget. Mana petugas imigrasi yang bertugas mengecek saya adalah pemula sehingga kadang salah dan diberitahu mentornya, jadi agak lama deh.
Setelah pengecekan selesai, kami harus pergi ke terminal 2 untuk menggapai MRT. Di luar ketakutan saya, ternyata petunjuk di Changi benar-benar jelas dan terhampar dimana pun sehingga kami tidak perlu takut nyasar. Kami pun dengan mudah menggapai skytrain, transportasi yang menghubungkan antar terminal di Changi yang setipe dengan MRT (FYI, gratis).
Tidak berhenti di situ saja, the real petugas imigrasi sudah menunggu kembali untuk mencap paspor kami. Saya takut sekali jika ditanya yang macam-macam. Yang lebih takut sih saya nggak ngerti apa yang dia bicarakan. Tapi untungnya, tidak ditanya macam-macam. Cuma ‘Mau ngapain ke Singapore?’, ‘Sama siapa?’, ‘Berapa hari?’, ‘Oh gitu?’, dan dicap deh paspor saya. Rasanya lega bukan main. Serasa lulus UAN. Hehe.
Berikutnya, saya dan Anas menunju Changi MRT Station yang letaknya memang masih satu kawasan dengan bandara Changi. Sebelumnya, kami sepakat untuk membeli STP (Singapore Tourist Pass), kartu tap MRT yang memang dipergunakan untuk para turis yang mengunjungi Singapore kurang dari seminggu. Dengan bermodalkan $30 (dikarenakan kami mengambil paket 3 hari; $20 harga tiket untuk 3 hari dan $10 sebagai security deposit, total $30), kami dapat berkeliling Singapore dengan MRT sampai mabok—maksudnya sampai puas.

Singapore Tourist Pass (STP)

Dari Changi Station, kami naik MRT sampai ke Tanah Merah Station untuk transit menuju stasiun tujuan utama kami, yakni Bugis Station, tempat dimana penginapan kami berada. Sesampainya di Bugis Station, hal yang pertama kali dilakukan adalah membaca peta stasiun. Hal ini benar-benar sangat dianjurkan bagi para pemula mengingat stasiun MRT berada di bawah tanah dan kita harus menaiki tangga untuk sampai keluar. Ditambah lagi, banyak pintu keluar di sana sehingga untuk meminimalisasikan agar tidak salah keluar (muternya jauh boo kalau sampai salah keluar). Jeng-jeng, kami pun tidak salah keluar karena membaca peta terlebih dahulu.
Kami pun berjalan dari Bugis Station sampai ke penginapan kami. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Yang sedang-sedang saja. Cuaca Singapore memang tidak jauh dari Jakarta. Panas, menyengat. Tapi minim polusi sehingga kami tidak terlalu terengah-engah.
Kami menginap di sebuah hostel—bukan hotel—bernama ABC Hostel yang terletak di Jalan Kubor. Sepanjang perjalanan menuju Jalan Kubor, saya dan Anas tak henti-hentinya tersenyum geli membaca plang jalan di sekitar situ karena namanya lucu-lucu. Ada Jalan Pisang dan ada Jalan Pinang. Sama kaya di Indonesia.
Kembali ke ABC Hostel. Kami memilih ABC Hostel lantaran memiliki female dorm, fasilitas oke, dan letak strategis. Kami memesan kamar yang bermuatan untuk empat orang. Itu berarti kami akan sekamar dengan dua orang asing yang sama sekali tidak kami kenal. Tentu saja kami penasaran dan deg-degan. Takutnya sekamar dengan turis asing yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan lancar.

ABC Hostel

Tempat tidur di kamar kami bertingkat. Saya pun diputuskan secara sepihak untuk menempati tempat tidur di lantai dua alias di atas. Dengan alasan, saya lebih kurus daripada Anas. Oke, saya pun terima.
Dalam kamar hostel

Setelah lepas lelah sejenak, solat, dan mandi, kami pun bersiap-siap untuk menjalankan itinerary yang telah tersusun secara matang. Cuaca panas Singapore pun membuat kami untuk mandi terlebih dahulu sebelum pergi jalan-jalan. Setelahnya, kami pun segera meninggalkan hostel untuk memulai petualangan pertama kali, yakni menjelajah Orchard Road.

No comments:

Post a Comment